Serangan Israel ke Gaza, Palestina tidak kunjung usai sejak Oktober 2023. Tentara Israel bahkan mengabaikan peringatan Internasional bahkan terus menerus melakukan pengeboman ke tempat sekolah hingga ke pengungsian tempat warga Gaza berlindung (Azam, 2024). Alasan Israel melakukan pengeboman adalah menuduh Palestina memiliki infrastruktur militer atau roket yang akan mengancam keamanan warga Israel, namun kenyatannya tuduhan tersebut tidak terbukti (Azam, 2024). UN Children's Fund (UNICEF) mengatakan bahwa berdasarkan citra satelit Gaza, Israel telah menyerang 212 sekolah di Gaza dan korban pelajar yang tewas dalam serangan tersebut adalah sekitar 8.500 pelajar (UNICEF, 2024). Sungguh miris, permata bangsa yang dinantikan untuk membangun negara Palestina tewas secara mengenaskan akibat serangan oleh Isarel.
Mahkamah Internasional atau International Court Justice (ICJ) mengambil langkah tegas dan mengatakan bahwa perilaku Isarel atas pemukiman di Plaestina merupakan perbuatan yang ilegal dan harus meninggalkan tanah Palestina segera mungkin (CNBC, 2024). Nawaf Salam selaku Presiden ICJ mengatakan bahwa "Israel wajib membayar ganti rugi atas kerusakan dan melakukan bagi pemukiman dari pemukiman yang ada" (Nawaf, 2024). Menanggapi reaksi Presiden ICJ, Kementerian Luar Negeri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa "Bangsa Yahudi tidak menjadi penjajah di tanahnya sendiri". Tidak tinggal diam, Kementerian Luar Negeri Palestina, Riyad al-Maliki menanggapi dengan tegas dan menyebut pendapat Benjamin Netanyahu merupakan pendapat "Bersejarah" dimana mendesak negara-negara untuk mematuhinya. Riyad al-Maliki mengatakan "Tidak ada bantuan. Tidak ada pendampingan. Tiak ada keterlibatan. Tidak ada uang, dan tidak ada senajata, tidak ada perdagangan... tidak ada tindakan apapun untuk mendukung pendudukan ilegal Israel" (CNBC, 2024).